Full Day School

Oleh :

Dr. Pardan Prasetyo, M.Pd

Direktur Buahati Islamic School Jakarta

 

    Panahan       Wacana FullFun Learning (2) Day School (FDS) yang digagas Mendikbud yang baru Muhadjir Effendy menarik dan patut diapresiasi. Meski sebenarnya ide FDS bukanlah hal baru mengingat sejak tahun 90-an sekolah model ini mulai banyak berdiri terutama yang tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Bahkan jauh sebelumnya, pesantren-pesantren ternama di Indonesia seperti Gontor telah melakukan FDS plus boarding (asrama) dalam proses pendidikan siswanya. Namun tetap saja gagasan progresif sekolah full day ini menarik untuk dikaji ditengah pro dan kontra yang menyertainya.

           FDS sejatinya adalah sekolah yang memiliki karakteristik yang khas terkait alokasi waktu dan sistem pembelajarannya. Berbeda dengan sekolah umum, para siswa sekolah full day menjalani aktivitas sekolah lebih lama. Siswa SDIT dan SMPIT Buahati Islamic School misalnya bersekolah dari pukul 07.00 hingga 16.00 setiap harinya. Diawali dengan mengaji bersama atau sholat dhuha, para siswa kemudian belajar klasikal dengan metode interaktif dengan guru-gurunya. Siang hari, aktivitas sholat Zuhur dan Ashar selalu dilakukan berjamaah di sela-sela pelajaran klasikal dengan pengawasan dewan guru dan unit kedisiplinan sekolah. Rentang waktu mereka otomatis lebih lama di sekolah dan selalu dalam pantauan para gurunya.

          Mengapa sekolah full day makin banyak diminati? Jika ini ditanyakan kepada orangtua maka sebagian besar jawabannya adalah agar pen gawasan dan pendidikan anak mereka bisa lebih mudah dan lebih baik prestasinya. Dengan FDS, orangtua berharap anak-anak mereka dapat fokus belajar, bermain sekaligus meningkatkan daya kreatifitas. Penguatan karakter dengan pembiasaan ibadah yang biasa dilakukan di sekolah FDS menjadi salah satu titik daya tarik orangtua yang ingin putra-putrinya cerdas tapi berkarakter dengan budi pekerti yang baik pula. Harapan ini amat sulit diharapkan di sekolah umum mengingat jam pelajaran yang amat terbatas dan pembiasaan ibadah yang minim terutama bagi siswa SD kelas rendah yang selalu pulang lebih awal dari sekolah. Selain itu, faktor untuk mengurangi dampak negatif dari luar sekolah juga menjadi alasan mengapa FDS menjadi alternatif pilihan terkini.

 

Shalat Zhuhur Berjama'ah (1) Taekwondo (1)

 

 

          Elemen Full Day School

          Sebagai pendiri dan praktisi full day school, penulis sendiri menyadari  betapa tidak mudah mengelola sistem sekolah seharian Halaqah Al-Quran penuh ini. Setidaknya ada lima elemen penting untuk mewujudkan FDS yang berkualitas. Pertama, tersedianya sumber daya guru dan pengelolaan sekolah yang profesional. Guru kreatif dan tulus menjadi ujung tombak sekolah full day karena akan mendampingi siswa sehari penuh. Salah satu sebab mengapa orangtua mau memasukkan anaknya ke sekolah full day adalah karena melihat kualitas guru-guru yang kompeten dan mampu berinteraksi dengan siswa sepanjang hari. Sehingga orangtua merasa nyaman saat anak-anak berada dalam lingkungan akademis sekolah bersama guru-guru mereka. Pun, pengelolaan sekolah yang profesional berbasis service excellent menjadi kunci meraih trust orangtua dan siswa.

          Kedua, adanya kurikulum yang khas, perpaduan kurikulum nasional dan kurikulum agama-karakter sehingga mampu melahirkan sekolah unggul. Kurikulum yang atraktif, efektif dan mampu meningkatkan kecerdasan siswa baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik secara tawazun dengan evaluasi rapor berbasis proses. Kurikulum yang mampu melahirkan guru-guru kreatif yang memahami gaya belajar dan kecerdasan siswa secara utuh. Sekolah full day mendidik siswa untuk memiliki karakter problem solving, mampu memecahkan masalah sendiri melalui optimalisasi kecerdasannya.

          Ketiga, adanya fasilitas sekolah yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran. Padatnya aktivitas sekolah full day baik yang klasikal, praktikum maupun pembelajaran outdoor membawa konsekuensi adanya sarana dan prasarana yang lebih baik dibanding sekolah biasa. Dengan sarana dan prasarana yang baik diharapkan pembelajaran di kelas semakin baik sehingga dapat mencapai target kurikulum yang sudah disepakati. Ketersediaan sarana ini memang memaksa sekolah untuk kreatif melakukan kerja-kerja fundraising dan melakukan sistem subsidi silang sehingga mampu menekan image bahwa FDS adalah sekolah elit yang hanya bisa dinikmati segelintir siswa kaya.

          Keempat, adanya sistem jaminan mutu untuk menjaga kualitas dan citra sekolah full day. Sebagai sebuah jasa pelayanan, FDS harus memiliki sistem yang mampu memberikan nilai tambah bagi kepuasan pelanggannya dalam hal ini siswa, orangtua dan stakeholder lainnya. Jaminan mutu ini juga untuk memastikan agar pelatihan guru dan staf dapat berlangsung baik dan berkala sehingga mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan sekolah. Sehingga kualitas sekolah dapat terus menerus di evaluasi dengan sistem jaminan mutu yang dimiliki sekolah.

          Kelima, adanya relasi dan kolaborasi yang baik antara pengelola sekolah, orangtua, pemerintah dan masyarakat untuk bersama memajukan pendidikan di sekolah. Kerjasama ini khususnya dengan orangtua siswa harus betul-betul berjalan baik mengingat program sekolah full day akan lebih efektif jika didukung penuh oleh kesiapan orangtua memantau dan memonitor aktifitas anak selama berada di keluarga. Oleh karena itu disetiap awal tahun ajaran baru, pengelola sekolah mengundang semua orangtua siswa untuk menyamakan persepsi terkait pembelajaran sekolah dan sinergitas untuk mencapai visi-misi sekolah.

          Sehingga ide full day school Mendikbud Muhadjir Effendy meski secara faktual bagus bagi pengembangan pendidikan karakter dan kreatifitas siswa SD-SMP  tetap harus memperhatikan kesiapan lima elemen pendukungnya diatas. Adanya sebagian pihak yang menolak ide sekolah full day seharusnya menjadi masukan jajaran Kemendikbud untuk menyiapkan peta jalan dan sekolah pilot project. Apalagi tujuan utama FDS sebagaimana yang dikatakan Mendikbud adalah untuk menjalankan misi Nawa Cita yang digaungkan Presiden Jokowi terkait penguatan pendidikan karakter sehingga roadmap yang jelas perlu segera digagas. Sehingga wacana FDS tidak lantas mati suri dan hanya menjadi kontroversi belaka.

          Penulis sendiri bersyukur sekolah-sekolah Islam telah lebih dulu memulai dan merevolusi diri membangun sistem sekolah full day yang kini menjadi wacana pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Tentu saja, gagasan FDS ini harus disesuaikan dengan local genius dan kesiapan setiap daerah yang memiliki kondisi yang berbeda-beda.         Fakta bahwa FDS adalah positif sebagaimana yang terlihat dari menjamurnya Islamic School bertipe full day yang telah mampu meningkatkan prestasi dan kualitas karakter siswa dapat menjadi benchmarking bagi pengembangan model sekolah full day di Indonesia. Wallahu a’lam