Memahami Kecerdasan Jamak Ala Clash Royale

Anda penggemar game online tentu sudah tidak asing dengan game besutan dari Supercell, Clash Royale. Game ini menarik karena menawarkan pengalaman bermain game yang berbeda dari biasanya yaitu ‘battle’ dengan gamers dari berbagai belahan dunia. Perang tanding secara langsung lewat karakter animasi yang ditampilkan di layar untuk merebut benteng lawan hingga pada akhirnya lawan bertekuk lutut dimainkan dengan durasi 3 menit normal ditambah perpanjangan waktu jika terjadi seri.

Saya, meskipun tidak terlalu jago dalam memainkan game ini (faktanya seringkali saya lebih banyak kalah ketimbang menangnya saat battle dengan kedua anak saya) mengenal beberapa karakter tokoh dalam game ini misalnya Giant sang raksasa dengan pukulan mautnya, Sang Ksatria dengan pedang tajamnya, Goblin dengan tombak saktinya dan yang lainnya. sebagai seorang pendidik, lewat beberapa karakter animasi yang dimunculkan di game ini membantu saya untuk lebih memahami peta kecerdasan jamak siswa dan bagaimana cara untuk mengoptimalkan kecerdasan tersebut dalam memahami sebuah konten pembelajaran.

Setiap karakter memiliki kompetensi kecerdasan tertentu

Dalam game ini kita harus pandai dalam meramu berbagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap karakter tokoh yang ingin dimainkan karena setiap karakter memiliki kelebihan tertentu yang belum tentu cocok ketika berhadapan dengan karakter lawan. Alih- alih bisa memenangkan pertempuran yang terjadi malah karakter kita bisa terdesak pihak lawan bahkan kalah. Kelebihan yang dimiliki sebuah karakter saya asumsikan dengan kecerdasan tertentu yang dimiliki oleh karakter tersebut.

Dari 8 kecerdasan yang dimiliki siswa, mnenurut teori Multiple Intellegencesnya Howard Garner maka akan muncul kecerdasan yang paling dominan. Oleh alat riset LSR (Learning Style Research) yang dimiliki GLC Indonesia maka kecerdasan yang ideal dikembangkan adalah 3 teratas. Bagaimana cara kita mengembangkan kecerdasan yang dominan tadi? Ini harus melalui 2 jalur, yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan rumah/ keluarga. Di dalam lingkungan sekolah maka akan terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Interaksi siswa dengan siswa akan berjalan secara alamiah lewat pertemanan yang terjalin, tetapi interaksi siswa dengan guru untuk mengoptimalkan kecerdasan dominan tadi haruslah by design yaitu interaksi yang terkoneksi lewat kegiatan pembelajaran. Guru menjadi pelaku aktif dalam melakukan desain pembelajaran ini melalui penerapan strategi mengajar yang disesuaikan dengan kecerdasan atau –dalam Bahasa pendidikan- gaya belajar siswa. Guru dituntut untuk jeli dalam menerapkan strategi mengajar yang tepat dikarenakan kecerdasan dominan yang dimiliki seorang siswa akan sangat berbeda dengan siswa yang lain.

Kecerdasan setiap karakter tokoh bisa terus ditingkatkan

Karena dimainkan terus- menerus maka karakter tertentu bisa kehilangan sejumlah energi kekuatan. Tetapi energi tersebut bisa ditambah dan ditingkatkan dengan cara misalnya menukarkan poin kemenangan yang telah dikumpulkan untuk ditukarkan dengan beberapa pilihan energi tertentu misalnya emas kartu sumber daya ataupun peningkatan level kemampuan tiap karakter.

Begitulah kecerdasan yang harus distimulasi secara terus- menerus sehingga berkembang secara optimal sampai pada akhirnya akan memunculkan kondisi akhir terbaik dalam diri siswa. Peran sekolah dan orangtua sangat penting. Sekolah melalui guru dapat menstimulasi kecerdasan siswa dengan melakukan pendekatan strategi mengajar yang tepat. Anak dengan kecerdasan dominan linguistik akan merasa kesulitan mempelajari konten matematika jika strategi mengajar yang dijalankan guru menggunakan strategi matematis logis atau bukan strategi linguistik. Maka penting kiranya para guru memiliki dokumen arsip kecerdasan dominan siswa yang diketahui lewat riset LSR. Demikian juga orangtua lewat rekomendasi yang tercantum dalam laporan hasil riset LSR dapat melakukan serangkaian kegiatan ataupun aktifitas bersama dengan anak. Misalnya anak dengan kecerdasan dominan interpersonal disarankan untuk melakukan aktifitas semacam menjalin persahabatan dengan teman di lingkungan sekitar. Begitupun dengan anak yang dominan cerdas musik maka disarankan untuk melakukan aktifitas karaoke bersama keluarga.

Setiap karakter tokoh berpeluang sama untuk menghancurkan benteng pertahanan lawan

Target utama penyerangan dalam game ini adalah merobohkan minimal 2 dari 3 benteng lawan yang terdiri dari 1 benteng utama dimana raja atau penguasa berada dan 2 benteng pelapis. Untuk menghancurkan benteng pertahanan lawan tidak harus kita memainkan Giant sang raksasa yang memang memiliki kekuatan pukulan mematikan, tetapi semua karakter jika dipadu padankan secara tepat punya peluang yang sama untuk merobohkan benteng lawan tersebut.

Dalam pembelajaran maka target yang hendak dicapai adalah kemampuan siswa untuk menguasai konten pembelajaran atau dalam bahasa yang lebih spesifik indikator hasil belajar (IHB). IHB adalah indikator yang sangat mudah terukur dan terlihat. Selama ini, misalnya konten matematika adalah konten pembelajaran yang dianggap sulit dikuasai oleh banyak siswa. Hal tersebut terjadi karena guru hanya melayani bahkan memanjakan siswa dengan kecerdasan dominan logis matematis (logmat) saat belajar matematika sementara siswa yang memiliki kecerdasan dominan yang bukan logmat tidak terfasilitasi. Mudah dibayangkan jika dalam satu kelas ada 24 siswa dan kecerdasan mereka terbagi secara merata (24:8=3) maka di kelas tersebut hanya akan ada 3 siswa cerdas logmat yang benar- benar bisa menguasai matematika, sementara sisanya 21 siswa akan menjadi siswa yang gagal dalam pelajaran tersebut. Teori multiple intellegences mengatakan bahwa semua anak dengan tipe kecerdasan dominan apapun punya peluang yang sama untuk menguasai konten pembelajaran yang diajarkan di sekolah. Caranya adalah kembali kepada guru dan orangtua dalam memfasilitasi media belajar anak. Di sekolah anak mendapatkan layanan pendidikan terbaik dengan pemberian strategi belajar yang tepat oleh guru dan di rumah dimanjakan orangtua dengan menyediakan serangkaian aktifitas bersama yang sesuai dengan kecerdasan dominan anak tersebut.

Game Clash Royale memberikan inspirasi dalam hal kita memperlakukan kecerdasan siswa.  Bahwa setiap karakter tokoh bersifat unik, punya kecerdasan tertentu, kecerdasan tersebut bisa distimulasi untuk semakin optimal dan memiliki peluang yang sama untuk menghancurkan target pertahanan lawan. Demikian juga dengan anak- anak kita seperti itu dalam hal kecerdasan. Yuk kita lejitkan kecerdasan mereka.

(Muaz, S.Ag, MM: Praktisi Pendidikan dan Manajer LSR GLC Indonesia)